happy reading, :))


Sabtu, 19 Maret 2011

Belajar dari Jepang




Semua headline maupun tagar yang tertulis "Pray for Japan" saat ini berubah menjadi "Belajar dari Jepang". Semua mata memandang dan bisa menilai bagaimana masyarakat dan pemerintah Jepang menghadapi bencana alam di negerinya. Semuanya bisa mengambil kesimpulan bagaimana mentalitas masyarakat Jepang memukau dunia, entah itu tua dan muda, mereka menghadapi semuanya dengan kepala dingin dan tidak panik.

Ada diperlihatkan satu scene, ketika gempa 9 SR itu datang dan hitungan detik mereka segera bersiap untuk mengevakuasi diri mereka bersama-sama keluar dari gedung. Membentuk satu barisan memanjang layaknya semut merangkul pundak teman di depannya disertai baskom dan helm di atas kepala mereka masing-masing. Tak ada dorong-mendorong, tak ada saling injak, sehingga semuanya keluar dengan selamat.

Adegan lain di televisi adalah ketika mereka dibagi bantuan makanan di pengungsian. Satu kata : TERTIB. Mereka antre dan menunggu giliran mereka dengan jatah yang sudah diperhitungkan. Tidak ada kejadian berebut makanan, tidak ada penjarahan, tidak ada kerusuhan.

Pada salah satu milis, saya baca ada yang bercerita, ketika gempa terjadi. Lalu lintas langsung lumpuh total. Tetapi pengendara tetap tenang menunggu gilirannya untuk memajukan kendaraannya. Tetap memperhatikan lampu lalu lintas. Dikabarkan meski lampu sudah hijau, hanya 1 mobil yang bisa melaju."Lalu lintas bagai di neraka dan sering kali hanya satu mobil dapat berjalan ketika lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Tapi semua begitu tenang dan mengemudi dengan aman dan memberikan jalan kepada satu sama lain," ucap salah salah satu pengendara, Arakawa.

Arakawa mengucapkan hal itu melalui akun twitter, yang lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh seorang translator bernama Aya Watanabe (@vida_es_bella). Watanabe menghimpun beberapa tweet para korban gempa yang menunjukkan ketertiban dan rasa kesetiakawanan warga Jepang.

Masih di jalan raya, seorang pengguna jalan lain mengatakan, ia mengemudi selama 10 jam untuk pulang ke rumah saat gempa menghentak pada Jumat sore, 11 Maret lalu. Lalu lintas sangat padat. Namun, ia tidak mendengar bunyi klakson sekali pun."Yang terdengar hanyalah ucapan terima kasih antara satu sama lain, karena telah diberi jalan," katanya.

Sikap tetap tertib dan tidak emosional juga terlihat di stasiun-staiun kereta api. Seperti diberitakan, ketiga gempa terjadi, jaringan KA Tokyo Metro sempat menghentikan operasinya dengan alasan keselamatan penumpang. Banyak penumpang yang terlantar di stasiun. Namun, mereka tetap menunggu dengan sabar sampai KA dapat beroperasi kembali.

Ini adalah sedikit informasi yang saya dapat dari berbagai sumber. Tetapi sudah banyak sekali memberikan contoh untuk kita semua. Semoga gempa dan tsunami yang terjadi di Jepang bisa memberikan hikmah tersendiri untuk kita :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar